Dari Batavia Sampai Jakarta (Sebuah Catatan Kecil Sejarah Kota Jakarta). Tidak bisa dipungkiri lagi, Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia adalah kota terpenting di tanah air, seperti halnya kota-kota di seluruh dunia, Jakarta merupakan pusat dari pemerintahan, ekonomi, jasa, perdagangan, keragaman etnis dan budaya, dan sebagai pusat pembentuk citra dan gaya hidup (life style), serta warisan sejarah yang panjang.
Jakarta Pada Masa Sejarah (Jakarta Tempo Doeloe)
Pada tanggal 22 Juni 2015 Jakarta sudah berulang tahun yang ke 488, Dalam usianya yang hampir mendekati lima abad kota Jakarta bukanlah kota yang baru kemarin sore, tetapi sebuah kota yang sudah cukup lama yang memiliki kisah perjalanan yang cukup panjang.
Pada masa prasejarah Jakarta merupakan daerah dataran rendah yang sangat luas yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh sungai-sungai yang mengalir didaerah Jakarta dan sekitarnya seperti kali Ciliwung, Kali Angke, Kali Marunda, Cidasane, kali Bekasi dan Citarum. Menurut seorang ahli Dr. H. Th. Verstappen memperkirakan endapan lumpur itu berusia kurang lebih 5000 tahun yang lalu, yang diambil berdasarkan lapisan tanah (Jakarta dari Tepian Air ke Kota Proklamasi : Dinas Museum dan Sejarah Pemda DKI Jakarta, 1988).
Mengenai sumber sejarah yang paling tua mengenai Jakarta terdapat dalam prasasti Tugu yang berasal dari abad ke-5 yang terletak di kampung Batu Tumbuh dekat Gereja Tugu (1747), Cilincing Jakarta Utara (Sumber-Sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid I : Adolf Heuken, SJ. Cipta Loka Caraka, Jakarta, 1999).
Dalam prasasti ini berisi petunjuk-petunjuk atau keterangan mengenai kerajaan tertua Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman. Tarumanegara sendiri kemungkinan besar ada hubungannya dengan kata Tarum yaitu sejenis tumbuh-tumbuhan yang daunnya dibuat Nila, bahan dasar cat biru dari daun Tarum (Indigofera).
Tarum dipergunakan sebagai nama sebuah sungai di Jawa Barat dan kerajaan Tarumanegara itu sendiri diduga kuat berada dialiran sungai Citarum. Daerah Jakarta dulu masuk ke wilayah kerajaan Pakuan Pajajaran yang disebut juga sebagai kerajaan Sunda, menurut catatan A. Pigafetta (1491-1525) yang berasal dari Vicenza (Italia) sunda disebut diantara kota-kota dipulau Jawa dan yang dimaksud adalah sunda kalapa, kerajaan Pajajaran atau sunda mempunyai enam pelabuhan yang salah satunya adalah Kalapa atau Sunda Kalapa yang terletak dimuara sungai Ciliwung.
Pada tahun 1511 kota Malaka jatuh ke tangan Portugis dan tahun 1522 kerajaan Portugis di bawah pimpinan Jorge D’Alburquerque mengirimkan utusannya yang bernama Henrique Lemme untuk mengadakan perjanjian persahabatan dengan kerajaan Pajajaran, dan pada tanggal 21 Agustus 1522 berhasil membangun sebuah benteng di pelabuhan Sunda Kalapa.
Setelah berkuasa dari tahun 1522, maka pada tahun 1527 Sunda Kalapa berhasil direbut oleh Fatahillah tepatnya tanggal 22 Juni, dan nama Sunda Kalapa diganti menjadi Jayakarta, yang artinya kota kejayaan dan pada akhirnya berkembang menjadi Jakarta. Hari lahirnya kota jakarta menurut para pakar ada dua versi yag berbeda, yang pertama menurut Prof. Husein Djajadiningrat beranggapan bahwa hari kelahiran Jakarta berdasarkan Fatahillah seorang ulama besar yang tentunya memakai hari raya Islam sebagai hari lahir Jakarta, dan hari raya Islam yag berdekatan adalah Maulid Nabi, 12 Rabiul Awal yang jatuh pada tanggal 1 Juni 1527.
Sedangkan versi yang kedua adalah menurut Prof. Dr. R. Sukanto beranggapan bahwa pertempuran antara Fatahillah dengan orang Portugis terjadi pada pertengahan bulan Maret 1527, sehingga pemberian nama Jayakarta dilakukan setelah bulan Maret 1527, dan penanggalan secara Islam pada waktu itu belum begitu dipahami oleh masyarakat karena pada waktu itu Agama Islam merupakan agama baru dipulau Jawa, oleh karena itu penanggalan yang digunakan adalah penanggalan Jawa yang digunakan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram pada tahun 1633 dan kemudian tidak cocok dengan hati rakyat dan pada tahun 1855 penanggalan rakyat yang ada hubungannya dengan pertanian mulai berlaku lagi.
Dalam penanggalan ini berhubungan dengan pertanian yang disebut dengan Pranatamangsa, dimana satu tahun ada 12 mangsa yang dimana mangsa ke satu (Jawa:Kasa) dimulai tanggal 22 juni, dan pada akhirnya teori ini diterima oleh Pemda DKI Jakarta dan ditetapkan secara resmi sebagai hari lahir kota Jakarta adalah 22 Juni 1527.
Asal-Usul Nama Betawi
Pada waktu kedatangan belanda ke Jayakarta, mereka tahu bahwa Jayakarta termasuk ke dalam wilayah Banten yang diperkuat adanya dugaan bahwa Pangeran Jayakarta mengirim upeti ketika berkunjung kekerajaan Banten. Dan mereka tahu bahwa Jayakarta adalah tempat yang strategis karena berdekatan dengan selat Malaka dan selat Sunda yang memudahkan Belanda untuk menumpuk barang dagangan terutama hasil rempah-rempah yang berasal dari kepulauan Maluku.
Rempah-rempah sangat digemari oleh orang-orang Eropa, selain berguna untuk bumbu penyedap dan pengawet makanan juga berguna untuk obat-obatan. Pada bulan Maret tahun 1602 seorang Belanda yang bernama Johan van Oldenbarneveldt mendirikan serikat dagang yang dikenal dengan nama VOC (Verenigde Oost indische Compagnie).
Pada tanggal 30 Mei 1619 Jan Pieterszoon Coen menyerang dan merebut Jayakarta, dan mengubah namanya menjadi Batavia.
Menyebut nama Batavia tentunya kita ingat akan nama suku Betawi yang identik dengan kota Jakarta, Ada versi lain tentang asal-usul kata Betawi diantaranya yang pertama adalah menurut Van Raay salah seorang pegawai VOC, nama Batavia diambil dari nama nenek moyang bangsa Belanda yaitu Batavieren dan Betawi merupakan salah penyebutan dari kata Batavia.
Dan pernyataan lainnya adalah, menurut Ridwan Saidi budayawan Betawi dalam bukunya Profil Orang Betawi tentang asal-usul orang Betawi dia merujuk dari pakar linguistik melayu Prof. Dr. Nothofer bahwa dialek yang dipakai oleh Orang Betawi, Bangka, Palembang, dan Melayu Pontianak merupakan varian dari bahasa Melayu Purba (Polinesia) yang berasal dari Kalimantan-Barat.
Dan orang Betawi berasal dari proses asimilasi antara penduduk yang bermukim semenjak awal yang berbahasa Sunda kuno dengan para pendatang dari Kalimantan Barat yang berbahasa Melayu Polinesia, dan kelompok ini yang beragama Islam disebut sebagai Melayu Jawa yang pada akhirnya menyebut dirinya sebagai orang Betawi.
Selain sejarah Jakarta banyak nama-nama tempat di Jakarta yang mempunyai sejarah yang panjang ada yang diambil dari nama tumbuh-tumbuhan misalnya nama Tanah Abang yang diambil dari kata Nabang yaitu sebuah nama pohon, lalu di beri imbuhan ‘De, dan kemudian pada tahun 1890 perusahaan Kereta Api menamakannya Tanah Abang, begitu juga nama Kebayoran yang berasal dari kata Bayur (Pherospermum Javanicum Jungh) yang merupakan sebuah pohon dari suku Jati (Sterculiaceae) dan ada yang menyebutnya Ganjur (Ciganjur), dan ada pula yang menyebutnya Wadang / Padang (Jati Padang), ada juga nama Krukut yang diambil dari nama pohon Krokot.
Pada hari ulang tahun Jakarta banyak kesenian yang ditampilkan antara lain : Gambang Kromong, Ondel-Ondel, Tanjidor, dan masih banyak jenis kesenian lain ataupun perlombaan yang digelar, dan yang tidak kalah menariknya adalah adanya Pekan Raya Jakarta/PRJ (Jakarta Fair.) Mudah-mudahan Jakarta semakin bertambah maju dari semua aspek kehidupan dan menjadi kota yang ramah akan lingkungan, karena Jakarta bukan milik orang betawi saja, dan bukan milik penduduk DKI Jakarta saja, tetapi Jakarta adalah milik Bangsa Indonesia, Dirgahayu Kota Jakarta.
Daftar Pustaka
- Jakarta Dari Tepian Air ke Kota Proklamasi, Sagimun MD, Pemda DKI Jakarta Dinas Museum dan Sejarah, 1988.
- Sumber-Sumber Asli Sejarah Jakarta, Jilid I, Adolf Heuken SJ, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 1999.
- Profil Orang Betawi, Ridwan Saidi, PT Gunara Kata, Jakarta, 2001.
- Ketoprak Betawi, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, 2001
- Robin Hood Betawi, Alwi Shahab, Republika, Jakarta, 2002.
Akhirnya artikel tentang :Â Dari Batavia Sampai Jakarta (Sebuah Catatan Kecil Sejarah Kota Jakarta), telah selesai saya buat. Jangan lupa untuk menyimak artikel-artikel yang berikutnya!!
Baca Juga :Â Jakarta Sang Megapolitan
Happy Blogging!!!
Semoga bermanfaat dan terimakasih telah berkunjung dan membaca artikel di Dedy Akas Website.
Hallo mas Dedy, Apa kabarnya nih??
Artikelnya keren juga ya mas, lengkap jadi inget jaman sekolah dulu di suruh membuat artikel tentang asal usul nama betawi dan budayanya, sudah hampir lupa dan disini kembali diingatkan lagi saya mas. Thanx mas dedy
Hallo juga Mas Dzat…
Terima kasih, jadi tersanjung nih… hehe 😀
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar… nanti saya akan mampir balik Mas… 🙂
Salam,
lupa saya mas apa nama prasasti Tugu yang berasal dari kampung Batu tu?
Coba di inget-inget lagi Mba… atau coba cari di Google hehe 😀
jadi lebih mengenal jakarta nie
Kalau sempat, silahkan berkunjung Mba… di sana ada Monas… 😀 dan tugu-nya terbuat dari EMAS…. 🙂
manteb mas, jangan lupa mampir di blog saya… trima kasih..
Terima kasih Mas Andi…
Ok saya meluncur… 🙂
Dulu ketika masih Sekolah saya sangat suka sekali dengan pelajaran sejarah Pak, terutama Sejarah Nama Batavia, Sunda Kelapa yang akhirnya menjadi Jakarta. Tapi artikel postingan nya Pak Dedy ini lebih lengkap hehehe, akhirnya dengan membaca Postingan Dari Batavia sampai Jakarta saya kembali teringat tentang sejarah Jakarta dulu … 🙂
Hallo Mas Eka…
Akh… yg benar Mas… hehe 😀
Iya Mas, tidak ada salahnya mengenang sejarah dan mengetahui sejarah kembali… 🙂
Terima kasih…
Hallo juga Bapak hehehe…
iya, sama-sama ya Pak, terima kasih juga atas kunjungannya..
Wah jadi tahu tentang asal usul jakarta ni..
Makasih mas dedy
Btw template baru lagi, mirip punya juragancipir yang dulu
Iya Mba Alvi…
Asal-usul Jakarta memang unik…
Iya pakai template baru, template ini memang benar sebelumnya pernah di pakai oleh Mba Indri pemilik blog Juragan Cipir.
Semoga saya bisa ketularan sukses hehe 😀
Amin…
Ini bukan jakarta tempeo dueleo ya..mas…
Campur Mas…
Isinya ada Jakarta tempo doeloe dan Jakarta masa kini…
Terima kasih… 😀
setau aq, Tarumanegara di dearah Kalimantan ya??
aq baru tau ada prasasti tentang Tarumanegara di Jakarta, berarti luas juga wilayah Tarumnegara itu yah..
*gini nih klo sering tidur di kelas sejarah, ahahah
Hallo Mba Dyla…
Ya begitulah Mba, sejarah itu kadang terlupakan, kadang mesti di cari tahu…
Tapi lebih baik jika punya buku tentang sejarah, yang salah satu yaitu sejarah Jakarta… 😀
wah baru tau nih klo ternyata jakarta itu sudah berdiri hampir 5 abad, saya kira belum ada 1 abad.. trnyata pengetahuan mas dedy luas jga yah 🙂
Hallo Mas Aziz…
Ya begitulah, sedikit-banyak harus bisa mengetahui sejarah…
Maklum saja, terkadang kita sendiri lupa akan sejarah yang dahulu pernah ada, oleh karena itu bagi saya sangat penting untuk mengetahui sejarah… salah satunya tempat saya tinggal dan lahir yaitu Jakarta… 😀
oh mas dedy orang jakarta toh
Jakarta – Tangerang Mas… 😀
sumbernamanya lucu juga ya bisa dari pohon dan lain. seperti di saya aja namanya asam asam gara- gara banyak pohon asam.
Iya Mangs Aduls…
Kalau yang namanya cerita jaman dulu, sudah pasti unik-unik… hehe 😀
ternyata nama betawi ini banyak sumber juga ya mas. baru tau kalo ada hubungannya dengan kalimantan barat
Iya Mangs…
Bahkan ada beberapa sumber lain, yang tidak bisa saya sebutkan di sini… hehe 😀
jakarta memiliki sejarah yg sangat panjang hingga menjadi ibukota negara seperti sekarang ini ya mas.
dari artikel ini saya jadi tahu tentang sejarahnya secara mendetail
Iya Mas Yanto…
Dan saya yakin di tempat lain juga, memiliki sejarah yang unik dan menarik… 😀
Terima kasih… 🙂
Wah mas… di malang juga ada nama daerah yang diambil dari buah-buahan. Ada gedangan ( pisang dalam bahasa madura) nah saya gak tau kalau malang itu diambil dari mana hehehe
Wah… ada sejarah dan cerita lagi nih, dari Mas Abd…
Hehehe 😀
Wah tulisan Mas Dedi yang ini berpotensi jadi bahan copy-paste tugas sekolah nih hihi, moga jadi ladang amal yaa.
Semoga jadi ladang untuk kepentingan yang bermanfaat… 😀
Amiin… 🙂
Semakin maju mas blog sampean ….sisitu ada mbak Alviatun …..waaah makin akrab sama senior senior niih…
Hehe… Terima kasih Mas… tapi masih ada yang kurang (kosong) ya…
Kenapa Mas dengan Mba Alvi… 😀
Mba Alvi, dipanggil tuh… 🙂
ternyata dulu Jakarta sangatlah indah dengan hiasan sungai bersih yang mengelilinginya. tapi sekarang Jakarta sudah sangat berbeda. sungai-sungai sudah mulai keruh. itupun juga karena ulah manusia sendiri. semoga masyarakatnya diberi kesadaran tentang betapa pentingnya menjaga lingkungan. sebab jika lingkungan kita bersih, kita pun juga akan merasa nyaman.
Betul Mas Arif… dahulu sungai di Jakarta bisa dibuat untuk mandi dan berenang…
Iya dibutuhkan, kesadaran bersama, baik pemerintah maupun masyarakatnya… 🙂
Terima kasih…
Menelusuri ataupun bercerita tentang Jakarta dengan segala bentuk kisah di balik nama kejayaaannya yang telah tergores dalam sebuah kisah bentuk sejarah yang menjadi asyik bagi beberapa orang yang menjdikan sebuah cerita dari sudat yang berbeda. Namun inlah kisah dari sebuah catatan sebuah kota dar Batavia hingga menjadi sebuah kota bernama Jakarta.
Terima kasih Mas Indra… 😀
Dari Batavia sampai Jakarta merupakan cerita yang sangat panjang dan banyak menggores tinta yang rasanya takkan pernah habis untuk membuka setiap lembarannya… 🙂
Menurut saya nama Batavia lebih bagus daripada Jakarta:)
Lebih terlihat “klasik” ya Mas Arif 😀
pembahasannya lengkap banget mas,,,jadi makin kenal jakarta…
Terima kasih Mas Wahab… 😀
ini nambah ilmu banget buat saya bang 🙂 salam kenal ya
Okay salam kenal kembali juga…
BTW ini Mba atau Mas ya? 😀
kalau baca sejarah itu, kok ya jadi haru biru ya…hahaha
situsnya keren mas..
Apalagi kalau ada foto-foto Jakarta tempo doeloe-nya, atau setidaknya prasasti Tugu-nya. Pasti lebih menarik. 🙂
Hallo Mba Anna…
Terima kasih atas apresiasinya dan masukkannya… 🙂
Sangat bermanfaat bagi saya… 😀
Salam,