Mengenal Lebih Jauh Budaya Betawi – Dalam kehidupan kemasyarakatan yang kompleks di daerah perkotaan seperti Jakarta, selalu muncul berbagai kepentingan yang baik muncul secara perorangan maupun kelompok. Jika kepentingan tersebut menyangkut perorangan, maka untuk mengartikulasikannya membutuhkan kekuatan dan kemampuan sumber daya yang biasanya dimiliki oleh tokoh yang berpengaruh di masyarakat.
Namun demikian, jika kepentingan tersebut menyangkut orang kebanyakan dan tidak memiliki sumber daya yang memadai, maka diperlukan suatu wadah yang dapat menampung aspirasi kelompok.
Dengan latar belakang untuk menjadikan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Betawi, maka pada tahun 1982 dibentuk Badan Musyawarah yang anggotanya dari berbagai organisasi massa yang muncul di kalangan penduduk asli kota Jakarta ini.
Pada saat ini memang dirasakan perlu adanya lembaga yang dapat merepresentasikan keberadaannya terhadap Pemerintah. Di samping itu, sesuai dengan iklim politik yang berkembang saat itu, Pemerintah akan lebih mudah untuk melakukan komunikasi terhadap suku yang terkenal relijius ini.
Sebelum Bamus berdiri, di kalangan masyarakat Betawi sudah berdiri beragam organisasi dengan latar belakang perkumpulan kekeluargaan, organisasi profesi, dan organisasi massa, serta yayasan-yayasan yang telah berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Mereka berembuk untuk menelorkan berbagai kepentingan untuk diperjuangkan dalam bidang sosial dan politik.
Salah satu keinginan sejak dulu hingga sekarang yang paling mengemuka adalah mencalonkan DKI Jakarta dari putera daerah. Nuansa ini semakin mengental dengan semangat ekonomi daerah.
Sebagai wadah yang menampung berbagai organisasi kebetawian, jumlah anggotanya menjadi semakin meningkat sejalan dengan jumlah iklim politiknya. Pada tahun 1990-an jumlah anggota organisasi yang bergabung dengan Bamus Betawi lebih kurang 20 organisasi.
Pada musyawarah besar Bamus Betawi III yang diselenggarakan pada 23 Juni 2001 telah mencatatkan diri 43 organisasi dalam pertemuan tersebut. Dengan dibantu oleh Sekretaris Umum, H. Bambang Syukur SH, sedang dilakukan semacam pendataan ulang mengenai keaktifan organisasi yang menjadi anggota Bamus.
Hal ini dianggap penting untuk melakukan konsolidasi ke dalam, agar Bamus Betawi menjadi semakin kokoh.
Pada periode kepengurusan 2001-2005, dr. H. Abdul Syukur SKM diberi amanah untuk memimpin Bamus Betawi, sebelumnya organisasi ini dikomandani oleh H. Eddy M. Nalapraya, mantan Kasdam V/Jaya yang sudah dikenal luas.
Dalam mengembangkan Bamus ini, sudah disadari oleh pengurus yang sekarang bahwa di kalangan masyarakat Betawi yang sering menjadi terpinggirkan oleh proses pembangunan harus ditumbuh-kembangkan kesadaran berorganisasi.
Hal ini berkaitan dengan kualitas SDM yang umumnya masih rendah. Sudah menjadi stereotipe bahwa orang Betawi berpendidikan lebih rendah dibandingkan dengan pendatang, sehingga masih banyak diperlukan ”Si Doel Anak Sekolahan”. (Priyono Sadjijo).
KESENIAN BETAWI
Kesenian Betawi banyak ragamnya, dan merupakan perpaduan seni budaya masyarakat Sunda, Jawa, serta Cina. Ragam hiasan, seni pertunjukan, corak pakaian, rumah tinggal, serta perabot rumah tangga masyarakat Betawi indah dan menarik.
1. SENI PERTUNJUKAN MASYARAKAT BETAWI
Masyarakat Betawi tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan dan kekayaan seni budaya. Pemerintah DKI Jakarta melalui dinas kebudayaannya, yang bekerja sama dengan instansi terkait lainnya, terus berupaya melesatarikan dan mengembangkan seni budaya Betawi.
Seni budaya Betawi ini memberi andil yang tidak sedikit dalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia umumnya, Jakarta khususnya. Seni pertunjukan Betawi banyak disukai masyarakat dalam dan luar negeri. Bentuk khas busana, alat kesenian, gerak serta dialek Betawi banyak mendapat perhatian para turis asing.
JENIS PERTUNJUKAN MASYARAKAT BETAWI, ANTARA LAIN :
A. Tari-Tarian
- Ngarojeng
- Gegot
- Topeng
- Samrah
- Zapin
- Cokek
- Blantek
- Gitek Balen
B. Musik
- Orkes Samrah
- Orkes Gambus
- Gambang Kromong
- Kroncong Tugu
- Rebana Ketimpring
- Rebana Kasidah
- Gamelan Topeng
- Gamelan Ajeng
C. Sandiwara / lawak
- Topeng Lenong
- Topeng Jantuk
- Topeng Blantek
- Wayang Kulit Betawi
- Wayang Klitik

2. ONDEL-ONDEL BETAWI
Ondel-ondel ialah boneka besar yang terbuat dari anyaman bambu. Tinggi boneka ini sekitar 2,5 meter, dengan garis tengah lebih kurang 80 sentimeter. Wajah ondel-ondel berupa topeng (kedok) sepasang laki-laki dan perempuan bermuka unik.
Menurut kepercayaan masyarakat Betawi, ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang dapat mengganggu ketentraman manusia. Dalam perkembangannya, ondel-ondel sekarang digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat atau penyambutan tamu-tamu terhormat.
3. MUSIK BETAWI
Musik Betawi banyak dipengaruhi oleh musik dari Barat ( Orkes Tanjidor, Orkes Keroncong Tugu, dan Samrah ), dan musik dari Timur Tengah serta India ( Gambus dan Rebana ).
Musik Betawi pada umumnya dimainkan secara berlelompok, setiap alat dimainkan oleh satu orang.
a. Musik Gamelan
Musik gamelan Betawi merupakan perpaduan musik gamelan Sunda, Jawa, Melayu dan Cina. Musik gamelan dimainkan oleh beberapa orang secara bersama-sama. Selain mengiringi lagu-lagu Betawi, musik gamelan juga digunakan untuk mengiringi pertunjukan topeng dan tari-tarian.
b. Orkes Tanjidor
Orkes tanjidor merupakan salah satu jenis musik Betawi yang mendapat pengaruh kuat dari musik Eropa. Jenis musik ini muncul pada abad ke-18, yang pada waktu itu dimainkan untuk mengiringi perhelatan atau mengarak pengantin.
Dewasa ini, orkes tanjidor sering ditampilkan untuk menyambut tamu agung. Pada musik Tanjidor, alat musik yang paling banyak dimainkan adalah alat musik tiup, seperti misalnya Klarinet, Piston Trombone, Terompet, dan lain sebagainya.
Lagu-lagu yang acap kali dimainkan adalah lagu-lagu berat berirama mars atau wals.
c. Musik Keroncong
Musik keroncong berasal dari Portugis. Musik ini masuk ke Indonesia pada abad ke-17. Di Jakarta, musik ini sangat digemari oleh masyarakat Tugu di Jakarta Utara. Jenis musik inilah yang menjadi cikal bakal keroncong asli Betawi, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Keroncong Tugu.
Mula-mula, musik Keroncong Tugu ini hanya memainkan lagu-lagu berbahasa Portugis, tetapi kemudian berkembang memainkan lagu-lagu berirama stambul dan Melayu dengan bahasa Tugu.
Selain Keroncong Tugu, masyarakat Betawi juga mengenal jenis musik keroncong lainnya, yakni Keroncong Kemayoran. Jenis musik ini mulai dikenal pertama kali pada tahun 1922.
Biasanya mereka diminta bermain oleh orang-orang Belanda atau Cina kaya untuk memeriahkan pesta atau hiburan-hiburan lainnya.
Alat-alat musik Keroncong Kemayoran antara lain Biola, Keroncong, Melodei, Ukelele, Gitar, Rebana, Seruling, Bass, dan Cello. Lagu-lagu yang dimainkan adalah ”Keroncong Kemayoran”, ”Moresko”, ”Kaparinyo”, dan lagu-lagu lain yang berbahasa Indonesia.
4. ALAT MUSIK BETAWI
Pada umumnya, alat musik masyarakat Betawi yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan terdiri atas Kendang, Gong, Rebab, Teyan, Gambang, Kromong, Biola, Gitar, Terompet, Rebana, Ketimpring, Kempul, Kemor, Kecrek, Dan Ketuk.
5. LENONG BETAWI
Lenong Betawai adalah salah satu kesenian Betawi, yang dalam pertunjukkannya menampilkan sebuah cerita atau lakon, dengan dilengkapi gerak dan lagu serta lawakan yang menggelitik. Lakon dimainkan babak demi babak dan diselingi musik serta lagu.
Lenong Betawi dapat dibagi menjadi dua, yakni :
- Lenong Denes
- Lenong Preman
Lenong Denes biasanya membawakan lakon tentang kerajaan atau bangsawan, sedangkan Lenong Preman biasanya mengangkat cerita kehidupan masyarakat sehari-hari atau cerita tentang jagoan-jagoan Betawi.
6. TOPENG BETAWI
Topeng Betawi merupakan teater rakyat Betawi, yang pertunjukkannya hampir sama dengan Lenong. Kesenian Topeng Betawai yang terdiri atas Topeng Blantek dan Topeng Jantuk, hidup di lingkungan masyarakat pinggiran kota Jakarta.
Pertunjukan topeng biasanya dimaksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan nasihat-nasihat tertentu kepada masyarakat. Cara menyampaikan kritik atau nasehat tersebut biasanya dilakukan lewat banyolan-banyolan yang halus dan lucu, agar tidak dirasakan sebagai suatu ejekan atau sindiran. Itulah sebabnya kesenian ini mempersyaratkan para pemainnya mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup tinggi.
PAKAIAN KHAS BETAWI
Pakaian khas masyarakat Betawi terdiri atas beragam jenis. Ada pakaian sehari-hari, pakaian kebesaran, pakaian adat, pakaian pengantin, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis pakaian tersebut masih dilengkapi lagi dengan perhiasannya. Pakaian khas Betawi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh pakaian Cina, Arab, dan Melayu. Itulah sebabnya perpaduan kelengkapan pakaian khas Betawi ini tampak unik dan menarik.
A. Pakaian Sehari-Hari
1. Untuk laki-laki
- Dipakai pada saat bekerja di sawah: celana panjang komprang (longgar), kaki celana lebar hingga betis, baju biasa, dan kadang bersarung di pinggang.
- Dipakai pada saat sembahyang: sarung, baju, celana panjang, dan peci hitam.
2. Untuk wanita
- Dipakai pada saat bekerja di sawah: kain hingga ke betis, baju biasa, dan tudung (topi lebar).
- Dipakai pada saat sembahyang: sarung dan mukena.
B. Pakaian Resmi
1. Untuk laki-laki
Pakaian sadariyah, yang terdiri dari baju koko sadariyah atau juga disebut baju gunting cina, terompah, dan berpeci hitam atau merah.
Pakaian ujung serong, biasa dipakai oleh demang, dengan jas berkerah dan celana pantalon berhias rantai kuku macan.
Pakaian Abang Jakarta, biasa dipakai oleh pemuda atau remaja, dengan jas berkerah model baju cina ”Lokcan”, tutup kepala ”Liskol”, hiasan kuku macan, arloji gantung, pisau raut, dan sepatu pantopel.
2. Untuk wanita
Busana kebaya lengan panjang dan kain yang dipakai sampai ke mata kaki, atas atau selop serta kerudung.
C. Pakaian Pengantin
1. Untuk laki-laki
Dipakai pada saat akad nikah: baju luar berupa jubah haji panjang, baju dalam kemeja putih, bagian bawah memakai sarung, dan alas kaki berupa selop atau sepatu pantopel, serta memakai topi terbus berwarna merah atau alfiah (topi putih) yang dilibat dengan sorban.
Dipakai pada saat ngunduh mantu (ketika pengantin laki-laki pulang ke rumah orang tuanya): jas tutup, pakaian panjang, kain sarung, dan sepatu pantopel.
2. Untuk wanita
Untuk pakaian kebesaran: baju kurung bertaburkan benang emas/perak dan berkancing ampok, kain songket, ikat pinggang berpending emas atau perak, memakai syangko (penutup muka berbentuk rumbai-rumbai), mahkota berkembang goyang sebagai penutup kepala, perhiasan kalung rantai tebar dan gelang, serta selop mancung.
Untuk pakaian bukan kebesaran: sama dengan di atas, hanya biasanya pengantin tidak memakai syangko.
D. Pakaian Pengantin Sunat
Biasanya, anak laki-laki Betawi berusia tujuh sampai sembilan tahun sudah harus disunat. Bagi masyarakat Betawi yang cukup mampu, pesta sunatan dilakukan secara meriah, dengan mengarak anak yang akan disunat berkeliling kampung.

Anak yang akan disunat dinaikkan ke atas seekor kuda, diikuti di belakangnya dengan ondel-ondel dan musik pengiring kendang pencak.
Pada peristiwa ini, pengantin sunat mengenakan baju jubah panjang berwarna putih, merah, atau kuning, dengan pakaian dalam kemeja putih biasa, ikat pinggang besar, kembang berlingkar di leher, terbus putih yang dilibat dengan sorban di kepala, dan sepatu pantopel serta kaus kaki panjang berwarna putih.
E. Pakai Jago Betawi
Tempo dulu : celana panjang berwarna kuning atau krem, jas tutup berwarna putih, bersarung ujung serang, peci hitam atas destar, kaki berterompah, dan golok disisipkan di pinggang tertutup jas.
Zaman sekarang : celana pangsi warna apa saja, baju gunting cina yang warnanya disesuaikan dengan warna celana, sarung diselempangkan atau disampirkan di pundak untuk salat atau menangkis serangan musuh, ikat pinggang besar dari kulit, peci hitam, terompah dari kulit, dan golok disisipkan di luar pada ikat pinggang.
F. Pakaian Pencak Silat
Celana pangsi warna hitam, baju lengan panjang, sarung diikat di pinggang, ikat pinggang dari kulit yang lebar, topi les tancep, terompah dari kulit, dan golok disisipkan di pinggang.
Selain berbagai ragam pakaian, masyarakat Betawi mengenal pula berbagai perhiasan sebagai pelengkap pakaiannya. Perhiasan ini acap kali dipakai untuk kegiatan resmi atau untuk kegiatan adat.
Beberapa di antara perhiasan masyarakat Betawi adalah sebagai berikut :
- Tusuk kembang paku
- Kembang kepala
- Kembang goyang
- Kembang gede atau burung hong
- Sunting telinga
- Sigar atau crown
- Kerabu (hiasan telinga)
- Kalung lebar
- Gelang listring
- Cincin, dipakai pada jari manis kiri atau kanan.
Demikianlah artikel tentang : Mengenal Lebih Jauh Budaya Betawi, semoga kita menjadi lebih tahu budaya dan lebih berbudaya.
Happy Blogging!!!
Semoga bermanfaat dan terimakasih telah berkunjung dan membaca artikel di Dedy Akas Website.
budaya itu penting dan itu merupakan ciri khas masing-masing daerah dan sebagai salah satu pembentuk ciri khas bangsa indonesia. sayangnya sekarang anak muda tidak mau memperhatikan budaya mereka sendiri, dibilang jadullah, kuno, dan lain sebagainya. padahal saya berkecimpung di seni budaya daerah sampai sekarang masih bisa hidup juga mas dan bisa membiayaan keluarga saya disamping ngeblog.
Iya benar banget Mas…
Agak ngeri juga… takutnya generasi yang berikutnya tidak bisa mengenal kekayaan budaya di Indonesia…
Salut untuk Mas… masih bisa berkecimpung dengan seni budaya…
Terima kasih… 😀
betawi sangat lah banyak dan kaya akan budaya mas…budaya betawi yang paling terkenal salahsatunya adalan boneka ondel ondel mas….namung sayang nya budaya budaya tersebut perlahan menghilang terkikis oleh kemajuan zaman
Di beberapa tempat masih ada Mas…
Salah satu contohnya di seputaran wilayah dengan rumah saya…
Masih bisa terlihat baik ketika ada hajatan maupun pesta yang lainnya… 😀
di sekitar rumah saya di bekasi juga masih kuat mas budaya betawi nya,
Sama Mas, di lingkungan rumah saya juga begitu…
Mudah-mudahan budaya Betawi tidak tergilas oleh kemajuan zaman ya… 😀
Semoga terus eksis dan masih mengental dalam budaya keseharian… 🙂
Iya mas Amin.
Mengenai kebudayaan traidisonal daerah, saya selalu langsung terpikir pada semakin berkurangnya antusiasme generasi muda terhadap kebudayaan lokal. Ternyata setiap daerah memiliki masalah yang hampir sama. Menurut saya, solusi untuk mengembalikan antusiasme generasi muda tersebut adalah dengan gencar mempromosikan kebudayaan daerah tersebut melalui berbagi acara kebudayaan, dan harus dikemas semenarik mungkin sesuai dengan selera anak muda sekarang. Harus dikemas se-keren mungkin, dan ini adalah bagian dari tugas organisasi-organisasi kebudayaan dan organisasi daerah, salahsatunya Bamus.
Iya benar banget Mas Rudy…
Harus bisa bersaing di tengah himpitan gemerlap kota Jakarta…
Bisa jadi perpaduan itu akan menjadi keuntungan yang lebih, dimana kebudayaan harus bisa mengikuti perkembangan jaman (namun saya sendiri tidak ahli di bidang ini, apakah bisa dibuat seperti itu)… 🙂
Terima kasih…
budaya memang sudah menjadi hak yang mesti ada di setiap desa atau tempat tinggal masing masing, untuk menciptakan suatu budaya yang sesuai dengan norma norma adat istiadat yang berlaku mesti harus saling menjaga kekompakan dan kerja sama antara masyrarakat 🙂 hehehe
Iya Mas Mukhlis…
Semoga budaya yang kita anut… tidak habis dimakan oleh jaman… 😀
Terima kasih… 🙂
waww, artikel yang lengkap banget, betawi sangat kental juga dengan budaya ya mas, sama dengan budaya kami, minangkabau.. hehehe
kayaknya admin benar-benar mengetahui sepenuhnya masalah betawi nih,, nyimak dulu mas, nambah pengetahuan seputar budaya di Indonesia,….
Amiin… artikel saya buat, karena saya sendiri adalah Seorang yang berbudaya Betawi…
Silahkan disimak Mas… semoga bermanfaat… Amiin 😀
Salam kenal dengan budaya Minangkabau… 🙂
Orang Jakarta itu berarti ngomong dg logat Betawi kan ya?
Hallo Mba Lusi…
Beberapa iya… namun sepertinya sudah sangat bercampur…
Baik menggunakan bahasa Indonesia yang EYD, sedikit bahasa English, sedikit bahasa Sunda, sedikit bahasa Chines, sedikit bahasa Jawa, dan bahasa-bahasa lainnya yang juga disebut sebagai warga pendatang dari luar Jakarta, atau luar Indonesia…
Terima kasih 😀
Terima kasih mas buat artikel ini. Setelah saya membaca artikel ini saya jadi tahu lebih dalam mengenai budaya Betawi. Memang sebuah budaya itu harus kita lestarikan dan jangan sampai hilang karena pengaruh globalisasi saat ini. Terlebih untuk anak muda yang sangat rentan terhadap masuknya budaya luar. Mudah-mudahan dengan adanya artikel ini dapat di baca khalayak umum dan bermanfaat bagi kita semua 🙂
Hallo Mas Defi…
Sangat setuju sekali… 😀
Amiin… Mudah-mudahan generasi mendapat tidak lupa akan budaya dan cara berbudaya…
Walaupun sekarang jamannya sudah canggih, namun sebisa mungkin jangan pernah melupakan budaya…
Ada baiknya belajar budaya dan terus melestarikannya…
Terima kasih 😀
Betawi termasuk budaya yang sangat melegenda mas…sejak dari jaman penjajahan belanda adat betawi sudah ada lho…
Hai Mas…
Iya…
Nanti juga kalau sempat, saya akan buatkan juga artikel tentang “Sejarah Betawi atau asal mula kata “betawi”… 😀
Terima kasih… 🙂
di tunggu artikelnya mas..
Siap Mas Dzat… 😀
Nanti saya siapkan… 🙂
Terima kasih 😀
Artikelnya sudah ada tuh tinggal di baca aja ya. hehehe
OK… Sip… silahkan di simak… hehe 😀
budaya betawi yang paling khas adalah ondel ondel nya dan roti buaya nya itu ya mas
Iya Ondel-Ondel sekarang ini masih bisa ditemui pada acara Pesta Pernikahan atau yang lainnya…
Untuk roti buaya biasanya dipakai pada saat “bawa duit lamaran” yang beserta roti buaya juga yang lainnya seperti buah-buahan yang sudah dibentuk memakai keranjang buah, isinya bisa bermacam-macam buah yang disusun sedemikian indah, terkadang juga ada bawaan lainnya yang ikut menyertai bawaan tersebut…
Inilah keindahan budaya Mas Ibrahim, yang semakin terkikis oleh kemajuan jaman… 😀
Salam berbudaya Mas 🙂
Harusnya makanannya juga di bahas,,,enak-enak tuh makanan betawi…apa lagi soto betawi,,,,maknyus….
makanan kesukaan saya juga tuh mas
Sama donk…
Soto betawi memang “Maknyus”…
Nanti kalau ada bahan artikelnya akan saya buatin juga… 😀
Terima kasih 🙂
Pengenalan budaya daerah kita memang harus di pertahankan ya mas? agar generasi muda saat ini tidak meninggalkan budaya yang memang sudah ada sejak jaman dahulu. dan yang saya perhatikan untuk daerah jakarta, budaya betawi ini hanya tersisa di pelosok kota saja mas yang masih kuat akan budaya betawi ini, sedangkan di kotanya sudah banyak yang meninggalkan budaya ini
Itulah yang sangat di takutkan Mas Dzat…
Oleh karena itu, sebisa mungkin kebudayaan Betawi harus dilestarikan… 😀
Melihat generasi muda yang sepertinya sudah agak lupa, dengan budaya “Tuan Rumah”nya… 🙂
Komentar saya kok ga ada yang masuk ya mas? apa di moderasi??
Muncul kok Mas Dzat…
Dan tidak ada moderasi…
Terima kasih atas koreksinya… 😀
cakep juga ya adat istiadat orang betawi, saya orang sunda ikut bangga
Terima kasih Mas Ilyas…
Salam orang “Sunda” dan salam “Berbudaya”… 😀
Iya mas, walaupun saya juga asli jawa timur tapi saya suka dengan semua budaya di indonesia terutama betawi, ya karna saya sudah lama tinggal di Bekasi dan budaya betawinya pun masih ada
Sipp Mas Dzat…
Apapun budaya-nya yang penting kita saling menjunjung tinggi budaya-budaya di Indonesia… 🙂
Salam Berbudaya… 😀
wah jadi kepengen nonton nih master, tapi sayangnya rumahku jauh dari jakarta, mampir ke blog saya lo master tapi malu blog saya sepi kok pengunjungnya he he www,duniaartikel16.net
Nonton apa nih Mas Ilyas… hehe 🙂
Budaya Betawi juga bisa tampil bukan pada Jakarta saja… Bisa juga berada di daerah lain…
Biasanya dapat dilihat pada saat acara pesta, yang salah satunya adalah “Pesta Pernikahan”… 😀
Nanti saya mampir Mas Ilyas…
Terima kasih… 🙂
wah seru baget rupanya adat betawi
Iya… Mba Siti…
Mungkin Mba juga mau coba share artikel tentang Kebudayaan-nya?
Terima kasih… 😀
kalau saya jadi ingat legend seniman betawi bang Ben sama kerak telor
Iya… Mas… beliau sudah Alm.
Dan Kerak Telor merupakan salah satu makanan Betawi asli yang masih bisa ditemui pada beberapa tempat atau acara…
Terima kasih Mas Taufik… 😀