Home > Cerpen Cinta > Single Father and Me

Single Father and Me

Anak itu memandangku dengan tatapan sayu namun lembut membuat hati ini merasa iba tapi juga menghangat.

Perlahan kudekati bidadari cantik itu untuk sekedar mengajaknya berkenalan

Single Father and Me - Pixabay
Single Father and Me – Pixabay

“halo adik kecil, kok sendirian mamanya mana?” tanyaku yang membuatnya berjalan mundur mungkin karena takut

“jangan takut cantik kakak hanya ingin mengajakmu berkenalan”

“maaf kak, tapi papa bilang jangan berbicara dengan orang yang tidak di kenal” katanya yang terlihat gugup

“kalau begitu ayo kita kenalan, nama kakak Hilma” ucapku menjulurkan tangan

Ragu-ragu dia menerima uluran tanganku “nama aku Almayrah kak”

“kenapa Almayrah tidak main sama teman-temannya?”

Sambil mengerucutkan bibirnya “Alma gak mau main bareng mereka. Mereka suka main mama dan anak Alma gak suka”

Terlihat kesedihan dimata anak itu membuatku semakin penasaran akan dirinya

“loh kenapa tidak suka?. Sesama teman kita harus saling menyayangi cantik”

Almayrah tiba-tiba menangis sambil memelukku

“dari kecil Alma tidak pernah melihat mama. Kata papa mama sudah bahagia sama Allah”

Kuelus puncuk kepala Almayrah sesekali kuciumi untuk menenangkan gadis kecil ini

“jangan sedih cantik. Nanti mamanya juga sedih liat Princessnya menangis”

“memangnya mama bisa lihat aku kak?” Tanyanya polos dan menatapku penuh tanda tanya

“iyya cantik”

“tapi kenapa aku gak bisa lihat mama?. Ini namanya gak adil”

“itu rencana tuhan Cantik. Pokoknya Almayrah tidak boleh menangis nanti mamanya juga ikut menangis” aku berusaha memberikan pengertian kepada Almayrah untuk segala pertanyaan yang timbul dalam pikirannya

“Alma gak bakalan sedih lagi. Alma akan bahagia terus supaya mama juga senang dan bahagia di samping Allah. Alma gak mau bikin mama sedih karena Alma sayang mama”

Mendengar cerita Almayrah air mataku menetes dengan sendirinya. Aku jadi teringat mama yang sudah merawatku dengan penuh kasih sayangnya sedangkan aku yang sudah sebesar ini belum bisa membahagiakannya. Padahal dia masih berada di sisiku saat ini.

Aku menjadi kagum melihat anak setegar dan semanis ini bisa berjuang hidup tanpa seorang ibu di sampingnya

“kakak jangan nangis, nanti mama kakak juga ikut nangis“ dia kembali menasihatiku yang membuatku tersenyum kikuk

“kakak tidak menangis sayang”

“itu buktinya”Almayrah menyentuh pipiku yang basah

“Almayrah mau makan es krim?” tanyaku yang membuatnya tersenyum kegirangan

Setelah berjalan-jalan cukup lama di taman kota aku mengajak Almayrah untuk pulang. Ketika kami diparkiran seorang pria menghampiri kami

“papa” teriak Almayrah

“sayang kamu mainya kenapa lama terus sama siapa itu?” kata pria itu menunjukku

“itu kakak Hilma temannya Alma. Tadi kami main bareng karna kami udah jadi teman. Papa kan bilang gak boleh bicara sama orang yang tidak di kenal tapi Alma sudah kenal sama kakak hilma jadi kami main” Katanya polos

Pria itu hanya tertawa mendengar penuturan anaknya. Jika dilihat sangat disayangkan usianya yang terlihat masih muda harus menjadi duda dan mempunyai anak.

“mba, terima kasih sudah menjaga anak saya dan maaf Alma pasti sangat merepotkan Anda”

“Tidak perlu meminta maaf lagian saya juga tidak kerepotan main sama Almayrah. Dia anaknya lincah dan sama sekali tidak merepotkan pak”

“baiklah kalau begitu, kami permisi mba” mereka berlalu meninggalkanku yang masih terus menatap mereka sampai benar-benar hilang dari jangkauan mataku

Sejak pertemuan pertama kami aku tidak pernah melihat Almayrah bermain lagi ditaman. Aku kembali mengingat wajah mungilnya ketika ia sedang tersenyum dan tertawa terbahak-bahak sambil menceritakan pengalamannya.

 Tanpa kusadarari seseorang duduk disampingku dan membuyarkan lamunanku

“mba hilma”panggilnya

Aku menoleh menatap wajah orang itu, dia kan… “iyya. Papanya Almayrah?”

“iyya saya papanya Almayrah. Nama saya Gerdan. Dari tadi saya lihat mba hilma melamun. Mikirin apa mba?”

Aku tersenyum. Ternyata dia melihatku melamun memikirkan anaknya

“saya sedang…mem..mikirkan peker.. anak murid saya pak” jawabku gugup

“mba Hilma seorang guru?” tanyanya lagi

“iyya pak saya seorang guru sekolah. Almayrah mana dia tidak ikut bersama bapak?”

“Alma saat ini sedang asyik bermain dengan sepupunya yang kemarin baru datang dari luar kota. Alma tiap harinya membicarakan tentang mba hilma kepada sepupunya”

“saya?”

“iyya sepertinya Alma menyukai mba Hilma. Padahal kalian baru sekali bertemu” aku hanya tersenyum malu menanggapi Pak Gerdan

Perbincangan kami berlangsung agak lama. Kami saling menceritakan kehidupan kami. Melalui itu aku bisa mengetahui sebab kepergian mama  Almayrah

Ibu Almayrah meninggal saat melahirkan bayi mungilnya. Dia adalah sesosok wanita tangguh yang merelakan nyawanya demi putri kecilnya. Saat itu dokter harus memilih antara ibu atau bayinya. Pak Gerdan tentu akan memilih istrinya namun sang istri menolak dan membiarkan bayinya untuk tetap hidup. Aku sempat menangis mendengar cerita Pak Gerdan. Ia terlihat terpukul dan sangat kehilangan.

Andai saja aku bisa memiliki sosok pria seperti Pak Gerdan yang begitu mencintai istrinya. Aku akan menjadi wanita paling bahagia didunia ini

Keesokan harinya Aku kembali bertemu dengan pak Gerdan namun kali ini dia tidak sendirian Almayrah ikut bersamanya

“Hallo cantik, lama banget yah kita tidak bertemu”

“iyya kakak Hilma. Kakak setiap hari main kesini?”

“iyya cantik. Kakak kan tunggu jemputan jadi setiap hari kakak disini”

“dijemput? Suaminya yang jemput?” Tanya Pak Gerdan yang membuatku melihat kearahnya bingung

“bukan pak, saya belum punya suami. pacar saja tidak punya. Biasa pak kalau kata orang JONES” Pak Gerdan tertawa Mendengar ucapanku

 “waktu itu Mba Hilma bilang kalau Mba Hilma seorang guru kan, kalau boleh tau Mba Hilma guru mata pelajaran apa?” Pak Gerdan mendekatiku yang sedang mendorong Almayrah di ayunannya

“eh, maaf pak sebelumnya tidak usah memanggil saya pake Mba cukup panggil Hilma saja. Mengenai pertanyaan bapak saya guru mata pelajaran pendidikan agama islam. Saya ngajar di Smp pas depan Taman ini. Itulah kenapa saya tiap hari nunggu jemputan ayah saya disini” walaupun dia tidak bertanya tidak apa-apa lah ku jelaskan panjang lebar

“Guru agama yah. Pantas tidak punya pacar, pasti mau langsung Ta’aruf?” candanya

“bukan begitu juga sih pak, cuman belum ketemu aja yang cocok. Jodoh sudah ada yang atur” imbuhku

“umurnya berapa Emangnya?”

“umur saya 23 tahun Pak. Saya jadi guru belum lama kok baru sekitar 1 tahun 3 bulan”

“masih muda ternyata”

“bapak sendiri?” untunglah dia menanyakan umurku. Jadi rasa penasaranku terhadap umurnya juga akan terjawab

“saya 27 tahun. Sudah tuakan?”

Aku kaget mendengarnya. Usianya masih sangat muda dengan tinggi yang terbilang proporsional, kulit bersih, rahang yang tegas dan senyuman yang tak pernah pudar dari sudut bibirnya

“tua apanya pak. Bapak masih sangat muda malahan saya pikir saya lebih tua dari bapak”

“jangan bercanda Hilma. Gak lucu”

Kami tertawa mempermasalahkan usia pak Gerdan yang dibilangnya sudah tua namun bagiku masih sangat muda. Pak Gerdan nyatanya seorang yang sangat humoris dan tidak terlalu mengekang anaknya. Aku sempat berpikir dia akan melarang Almayrah bermain denganku karena tidak sepantasnya Anak kecil berusia 5 tahun bermain dengan orang dewasa sepertiku

Pak Gerdan menawariku untuk pulang bersamanya. Tidak enak untuk menolak maka aku menyetujui penawarannya.selama perjalanan Almayrah tak hentinya mengoceh didalam mobil jadi rasa kecanggungan antara aku dan pak Gerdan bisa sedikit teratasi

Aku tak habis pikir kenapa jantung ini tak hentinya berdegup kencang mungkin karena kelelahan atau karena berdekatan dengan pak Gerdan ahhh  mana mungkin jangan mimpi Hilma. Tapi kenapa Perjalanan yang biasanya ditempuh sekitar 20 menit terasa sangat lama saat ini

Sesampai dirumah aku menawari pak Gerdan dan Almayrah untuk mampir kerumah. Aku pikir dia akan menolak nyatanya tidak!, itu karena Almayrah yang terus merengek tidak mau berpisah denganku

“papa, kita mampir yah kerumah kak Hilma sebentar saja..”rengek Almayrah bergelayut manja dilengan papanya

“ tapi sebentar saja yah sayang”

“Horeeeeee”

Sampai saat ini aku dan pak Gerdan masih terus berkomunikasi. Hanya sekedar berkirim pesan ataupun berbicara lewat telephone. Aku bahagia meskipun aku tidak tahu ini jenis hubungan apa, hanya sekedar teman ataukan akan lebih dari itu.

Cerpen Single Father and Me adalah cerita pendek karangan Wilma. Kategori Cerpen Cinta. Pembaca dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya dengan mengklik namanya.

Silahkan Share Artikel Ini:

About Wilma Yulllia

Logo-Penulis-Cerpen
Seorang wanita yang mulai menulis cerpen dalam mengapresiasikan hayalannya

Check Also

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa - Image by Pixabay

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa

Mentari bersinar kembali pagi ini, membangunkan setiap insan dari lelapnya malam. Tapi Sang Mentari, tidak …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *