Di sebuah club ternama di Ibu kota Jakarta. Seorang pria yang berpakaian sangat kacau. Duduk dengan gelas ditangan beserta wanita-wanita jalang di sekitarnya.
Kini ia tidak memikirkan apapun hidupnya penuh warna abu-abu dan hitam. Bagaikan seekor burung yang tak bersayap.
Ia sudah terlalu lelah dengan rasa bersalah dan kenangan yang selalu membuat ia tak bisa menahan emosinya dan ia melampiaskan lewat minuman alkohol dan dunia hiburan malam.
Dulu ia tidak serapuh dan selemah ini. Dulu dunianya penuh pelangi saat keluarga dan orang yang ia sayang hadir dan selalu suport tapi kini pelangi itu telah pergi.
Kini langit terasa gelap gulita dan kini hidupnya bagaikan kelelawar yang selalu mengahabiskan malam dengan berkeliaran.
Kini ia bagaikan sebuah lentera yang singgah di gubuk yang selalu terkena timpaan angin.
Seorang yang di club itu akhirnya berjalan keluar dengan sempoyongan. Ia bisa saja membawa mobil tetapi setelah ia sadar dari minuman itu ia selalu lupa membawa kembali mobil sehingga kini ia berjalan kaki menuju jalan raya untuk mencari taksi.
Sulit memang mencari kendaraan dengan keadaan seperti ini karena pasti sang supir berfikir dua kali. Sebelum membawanya. Mana ada orang yang menolongnya. Hidup di Jakarta seperti hidup di tempat asing karena jika yang tidak mengenalnya apalagi ia seperti bukan lelaki baik-baik sehingga kemungkinan kecil untuk orang membantu bahkan mungkin orang akan takut dengannya.
Kini benar-benar sempoyongan dan ia tak bisa melihat terlalu jelas. Pandangannya mulai kabur ketika ia ingin jatuh ada seorang wanita yang sangat begitu cantik dan ia memakai hijab.
Ia merasa seperti melihat bidadari di malam hari. Saat ingin mendekat ia tersandung dan kesadarannya hilang, tetapi sebelum benar-benar terpejam ia mendengar gadis itu mendekat. Dan semua gelap.
..
Seorang wanita yang bernama Maula Diandra Raditya. Ia tinggal di keluarga Hj. Muhammad Raditya. Ia tadi sepulang mengajar ngaji di kompleks yang tak jauh.
Ia bisa saja memakai taksi tetapi ia tidak ingin. Ia ingin belajar berjalan sendiri dan menghindar dari marabahaya. Ia tidak ingin menjadi wanita lemah.
Tak jauh dari ia berjalan. Ia melihat ada seorang pria mabuk yang berjalan sempoyongan. Tadi nya ia ingin membiarkan saja selama pria itu tidak mengganggu tak masalah bukan.
Tetapi ia salah bahkan pria itu terjatuh dan tak sadarkan diri. Ia bingung “bagaimana ini apa yang harus kulakukan” gumamnya panik.
Entahlah ia merasa pria ini bukan pria jahat. Ia tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. Sama saja bahwa ia bukan manusia karena tidak menolong orang yang kesusahan.
Ia berusaha membangunkan tetapi pria ini tak sadar jua. Akhirnya ia melihat taksi lewat dan menyetop nya.
“Pak, tolong bantu saya, pria ini pingsan dan saya wanita bukan mukhrim jika saya membawanya seorang diri.”
“Em… dia siapa mba, ya?” Supir itu ingin memastikkan dahulu sebelum membawa penumpang yang salah.
“Dia, bukan siapa-siapa saya tetapi sebagai manusia bukannya saling menolong di saat ada orang kesusahan, bukan pak?” jelasnya.
“Baiklah nona… saya harus tahu alamat mana yang ingin di tuju, bagaimana caranya nona?”
“Bapak coba cek… kantong bajunya biar saya lihat alamatnya, saya disini ko. Jadi tidak apa-apa toh kita ingin menolong.”
Supir itu akhirnya merogoh semua kantong baju dan celana pria itu ada handphone, dompet dan kunci. Supirnya tidak berani lancang akhirnya ia memberikan barang-barang itu ke nona cantik.
“Maaf nona saya tidak berani lancang jadi biar nona yang periksa” ujarnya memberikan semua barang-barang tadi.
“Baiklah sepertinya, ini kunci apartemen dan saya akan cek dompetnya” gumamnya.
Ia menemukan foto keluarga wanita dan laki-laki paruh baya beserta anak kecil. Ia hanya memerhatikkan sekilas dan membuka kartu alamat apartemennya.
Setelah menemukan ia meminta supir itu mengangkat masuk dan membawa ke apartemennya.
Saat di perjalanan ia melihat pria ini seperi sedang kesakitan dan gelisah ia juga menggumam kata yang tak jelas.
Ia ingin menyentuh dahi nya yang seperti sedang memimpikan hal buruk, tetapi ia tidak mungkin melakukan itu kepada orang yang gak ia kenal.
Setelah sampai di tempat tujuan. Ternyata benar pria itu tinggal di apartemen mewah. Ia dibantu pak supir dan pak security disini.
Setelah membuka pintu ia tadi meminta pak supir untuk menunggunya karena ia gak mungkin pulang berjalan kaki.
Pria itu sudah tidur di ruangan depan ia tak berani membawa ke kamarnya karena itu privasi. Sepertinya pria ini tinggal seorang diri.
Ia membuatkan makanan untuknya dan pulang setelah menulis surat.
…
Pagi itu di sebuah apartemen mewah seorang pria bangun dengan kepala seperti hampir meledak.
Ia bangun dan mencoba memfokuskan pandangannya yang terasa buram. Saat ia bisa fokus melihat, ia berjalan ke arah dapur untuk sedikit menghilangkan rasa sakit di kepala.
“Ughh…” gumamnya, disela air yang mengalir di tenggorokkannya yang terasa kering.
“Tunggu… tunggu… bagaimana bisa aku di sini” gumam pria itu saat sadar dari pengaruh alkohol. Saat berusaha mengingat ia merasa sakit kepala.
“Ah… sudah lah mungkin nanti akan ingat” ucapnya sendiri.
Kini ia berjalan ke kamarnya dan bersiap pergi ke kantor.
…
“Arghh… kapan Jakarta tak macet” geram pria itu karena ia terlambat. Saat ia akan memacu kendaraannya kembali ia tak sengaja melihat seorang wanita berjalan di trotoar, ia memakai hijab berwarna hijau. Sungguh teduhnya ciptaan Tuhan ini.
Ia memperlahan laju mobilnya dan mengikuti wanita itu. Bahkan ia tak ingat ada meeting penting siang ini.
Perlahan gadis itu menaiki sebuah angkutan umum dan berjalan ke arah yang sebenarnya ia tuju juga karena ini jalan ke arah kantor.
Ia terus mengikuti angkutan itu dan berhenti di seberang jalan dekat gedung pencakar langit. Ia begitu terkejut saat gadis itu berjalan ke arah lobby kantornya.
Ia dengan segera bergegas menyusul secepat mungkin ia bahkan tak mengetahui bahwa ada wanita secantik itu di kantornya.
Saat ia berada di lobby ia tak menemukan gadis itu. “Huffhh…” dengan kesal ia berjalan ke arah lift dan naik ke ruangannya.
Kini ia baru saja ingin duduk saat tiba-tiba handphone di sakunya berbunyi.
“Hallo” jawabnya lesu.
“Maaf Bapak yang terhormat bisakah Anda secepatnya ke ruangan! Apakah Anda lupa hari ini ada apa!!” Tanya seseorang dengan tegas.
“Astagaaaa… aku lupaaa baiklah…” jawabnya panik, ia tak marah karena ia sudah anggap Dellon adalah adiknya sehingga nada apapun yang ia lontarkan tak pernah ia ambil pusing.
Ia bergegas masuk lift dan menuju ruang meeting. Saat ia sampai ia di tunggu semua orang. Untung dia CEO perusahaan keluarganya.
Tak butuh waktu lama meeting berjalan lancar dan ia kembali ke ruangan dengan lesu di ikuti sekretaris dan Dellon yang sebagai wakil CEO karena ia yang selalu mengurus perusahaan di saat ia gak ada. Dan sekretaris itu sendiri Keyla kekasih Dellon sehingga ia membiarkannya selama mereka profesional.
“Kalian, pergilah makan siang dahulu, saya mau ke suatu tempat dahulu. Karena ada yang harus saya urus dahulu” ujarnya dipertengahan jalan lalu ke ruangan.
“Kau mau kemana Ndra?” “ada urusan kau pergilah dahulu” jawabnya tegas karena ia selalu tak sopan jika di depan kekasihnya.
Ia pergi meninggalkan mereka berdua begitu saja dan menuju lift.
Setelah kepergian bossnya Keyla menyenggol lengan kekasihnya dan mendengus atas sikap kekasihnya yang tidak sopan bagaimana pun juga itu bossnya walaupun dia menganggap kita sahabat tetap saja.
“Aishhh… Kau ini bisa tidak sopan sedikit ke boss kita” ucapnya garang.
“Hehe… Maafkan aku sayang” ucapnya dengan mata genit.
“Au ah terserah kamu sajalah” jawabnya dan pergi meninggalkan kekasih yang suka seenak jidat.
“Heyy… tunggulah sayang maaf dech ya ya ya” jawabnya sambil mengejar langkahnya.
…
“Diandra bagaimana kamu jadi pergi ke lombok?”
“Huffh… sepertinya jadi dech karena aku harus mengurus Sekolah Madrasah di sana.”
“Tapii… emang kau sudah izin ke bagian HRD. Aku yakin 100% kau akan menghadap ke CEO kita. Dan kau tahu tidak CEO kita ganteng, cool banget dech tapi sayang. Ia datar dan jarang tersenyum” cerocos salah satu wanita yang kini di lobby karena mereka lebih memilih makan di luar daripada kantin kantor sudah bosan katanya.
Tidak jauh dari itu pria yang di bicarakan mereka ada di dekat mereka tanpa mereka sadari. Ia mendengar sekilas dan pergi berlalu begitu saja toh ia pikir itu hal biasa.
Ketika sebuah kecelakaan yang tak di sengaja bisa menjadi sebuah awal yang tak terduga. Bahkan menjadi awal perubahan.
Ia berjalan ke arah parkir dan tak sengaja ia sekilas melihat wanita yang tadi pagi ia ikuti lewat di lobby depan bersama segerombolan karyawan lain. Ia tahu yang membedakan wanita itu dan lainnya karena yang lain berbeda dari dia. Dia memakai hijab dan pakaian tertutup tidak seperti mereka yang memakai pakaian kurang bahan bahkan mereka suka mengekspos tubuhnya dengan mudah.
Ia tak bisa mengikutinya karena ia harus mengurus masalah di sebuah Resortsnya yang di Jakarta Timur.
The end. Part 01.
Cerpen Seorang Pendosa & Gadis Belia adalah cerita pendek karangan Maula Nur Baety. Kategori Cerpen Remaja. Pembaca dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya dengan mengklik namanya.