Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh. Semoga para Pengunjung dan Pembaca yang budiman DedyAkas.com selalu dalam keadaan sehat wal’afiat.
Pada kesempatan kali ini yang bertepatan dengan hari Raya Idul Adha 1436 H telah dibuat contoh Khotbah tentang Sejarah dan Hikmah Qurban :
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT, pada kesempatan yang berbahagia ini saya mengajak para jemaah dan saya pribadi khususnya, untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT. Hari ini adalah hari Raya Idul Adha, dimana seluruh umat Islam di penjuru dunia menyambutnya dengan perasaan gembira. Mereka tak henti-hentinya mengumandangkan kalimat takbir sebagai wujud syukur kepada Allah SWT. Berbahagialah bagi orang beriman yang merayakannya.
Kaum muslimin rohimakumullah.
Sejarah dan Hikmah Qurban
Di dalam ajaran agama Islam terdapat kewajiban untuk memotong hewan qurban, seperti sejenis binatang kambing, lembu, kerbau, dan unta. Daging hewan tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada para fakir miskin.
Lalu, apa dibalik perintah memotong hewan qurban? Perintah itu didasarkan atas peristiwa sejarah yang pernah terjadi puluhan abad silam, ketika Nabi Ibrahim alaihis salam mendapat perintah Tuhan untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail alaihis salam. Sebagai ayah, betapa berat hati Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Illahi ini. Akan tetapi, sekalipun secara rasio sulit untuk diterima, namun perintah agama tidak boleh dibantah. Dengan dilandasi jiwa keimanan yang kokoh, Nabi Ibrahim tetap akan menyembelih Ismail. Anehnya, sebelum pisau itu memisahkan kepala dan badan Ismail, malaikat telah mengganti Ismail dengan seekor kibas (kambing) yang besar.
Keterangan tersebut telah digambarkan Al-Quran sebagai berikut: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan kami panggilah dia ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan ke-pada orang yang berbuat baik. sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (Q.S. As-Shaffaat [37] : 103-107).
Bila mencermati peristiwa di atas, ada hikmah dan pelajaran yang harus kita petik. Perintah Allah SWT. ini tidak lain hanya untuk menguji seberapa jauh kadar keimanan seorang Ibrahim sebagai nabi sekaligus ayah, di dalam mematuhi perintah Rob-Nya. Nah, dari peristiwa sejarah ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tiada iman seseorang tanpa ujian.
Bagi seorang yang lemah imannya, pastilah akan gagal dalam menghadapi ujian ini. Sebaliknya, bagi manusia yang kuat imannya, apapun rintangan dan cobaan hidup yang dihadapinya, ia tak akan mengenal kata menyerah apalagi putus asa. Ibarat sebuah batu karang di tengah lautan, semakin dihempas oleh ombak dan gelombang. Semakin kuat batu karang itu bertahan.
Maka, dibalik ajaran pemotongan hewan qurban ini terkandung hikmah yang dalam untuk mendidik manusia beriman, bahwa tiada hidup dan kehidupan tanpa ujian serta pengorbanan. Dengan pengorbanan itulah hidup kita ini tegakkan. Itulah intisari dari falsafah qurban atau yang disebut “the philosophy of sacrifice” (falsafah pengorbanan).
Jika dikaitkan dalam konteks kekinian dan kehidupan sehari-hari, hakikat pengorbanan itu sendiri dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk, tanpa mengenal ruang, batas, dan waktu. Sebagai contoh, seorang ibu atau ayah tentu rela berkorban untuk melindungi dan membanting tulang demi masa depan anak-anaknya. Atau setiap pejuang akan rela berkorban demi kejayaan tanah air dan bangsanya di masa mendatang dan sebagainya.
Sejarah Qurban
Kaum muslimin rohimakumullah.
Historis qurban terbagi menjadi tiga waktu; kurun Nabi Adam alaihis salam, era Nabi Ibrahim alaihis salam dan masa Nabi Muhammad SAW. Bila dicermati, sesungguhnya perintah qurban sudah ada sejak era Nabi Adam. Perintah itu dilakukan oleh kedua putra Adam, Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki Qabil mewakili kelompok petani, sedang Habil mewakili kelompok peternak.
Sebagai petani, Qabil mengurbankan hasil pertaniannya, dan Habil hewan peliharaannya. Lalu, untuk siapa semua itu diqurbankan, padahal waktu itu manusia belum banyak? Diterangkan dalam sejarah, harta yang diqurbankan itu disimpan di suatu tempat, yaitu Padang Arafah, yang sekarang menjadi napak tilas bagi para jamaah haji. Hakikat qurban sendiri untuk mendidik manusia agar tidak tamak, mensyukuri nikmat-Nya dan pasti berupaya mendekatkan diri kepada Sang Khalik.
Secara filosofi, buah-buahan yang diqurbankan Qabil dan hewan ternak yang diqurbankan Habil, merupakan gambaran dari sifat dan karakter manusia yang berbeda. Perbedaan terletak, ketika Habil berqurban dengan hati, tulus ikhlas. Karenanya, ia pilih hewan yang gemuk dan sehat dan selalu taat dengan petunjuk dari ayahnya. Berbeda dengan Qabil yang memilih buah-buahan yang ranum dan rusak. Ia merasa berat dengan perintah Tuhan dan tidak menuruti kata ayahnya.
Nah, ketika keduanya melaksanakan qurban, ternyata yang diterima oleh Allah SWT. ialah qurban yang dikeluarkan Habil, sementara buah-buahan milik Qabil tetap utuh karena tidak diterima Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).” Ia berkata: “Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al-Maidah [5] : 27).
Selanjutnya, qurban pada kurun Nabi Ibrahim. Dikisahkan dalam Al-Quran, ketika, Nabi Ibrahim berusia 100 tahun, beliau belum juga dikaruniai seorang putra oleh Allah SWT, lalu beliau berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang saleh. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (Q.S As-Shaffaat [37]: 100-101).
Kemudian dari istrinya yang kedua, Siti Hajar, melahirkan seorang putra bernama Ismail. Bayi itu terlahir di tengah-tengah padang pasir yang disebut Bakkah, yang kemudian dikenal dengan nama Mekkah. Pada saat hatinya sedang gembira karena telah sekian lama baru dikaruniai anak, Nabi Ibrahim mendapat petunjuk dari Allah SWT. agar pergi ke Yerussalem untuk menemui istri pertamanya, Siti Sarah. Ia terpaksa meninggalkan Siti Hajar dan putranya yang baru lahir, karena harus mematuhi perintah Tuhan. Sebelum keberangkatannya, Nabi Ibrahim meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci berisi air untuk Siti Hajar dan Ismail.
Pada saat Siti Hajar kehabisan air, dan putranya, Ismail, mulai meronta-ronta karena kehausan, lantas muncullah jiwa pengorbanan seorang ibu untuk berjuang mencari air di tengah padang pasir yang tandus. Dari kejauhan dari arah sebelah Timur di Bukit Shaffa, dia seperti melihat genangan air. Tapi yang dia temukan tak lain hanya fatamorgana. Belum berhenti sampai di situ, Siti Hajar terus mendaki ke Bukit Marwa, lalu balik lagi ke Shaffa sampai berulang tujuh kali. Alhasil, dia tidak juga mendapatkan air sampai dia kembali ke Bukit Marwa yang terakhir.
Batas dari Ikhtiar manusia adalah ketika mereka menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhannya. Ketika manusia menyikapi hidupnya dengan harap-harap cemas itulah pertolongan Tuhan datang. Secara rasio, manalah mungkin ada air di padang pasir yang panas dan gersang. Tapi jika Allah SWT. menghendaki, segala sesuatunya menjadi mungkin. Dan benar saja, Siti Hajar melihat dari kejauhan tampak kaki Ismail sedang menendang-nendang pasir hingga terburai, dan keajaiban pun datang: air mengalir dari sela-sela tanah dan bebatuan itu. Siti Hajar pun berlari menuju Ismail seraya berteriak kegirangan, “Zami-zami!” Peristiwa inilah yang diabadikan dengan sebuah sumur yang bernama Zam zam.
Pengorbanan berlanjut, ketika Ismail beranjak remaja. Suatu hari, Nabi Ibrahim bermimpi, ia mendapat perintah Allah SWT. agar menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Mimpi itu bukan datang sekali, tapi untuk ketiga kalinya. Ketika bermalam di Mina, Nabi Ibrahim memimpikan hal yang sama. Ketiga kali saat berada di Arafah, kembali Nabi Ibrahim bermimpi, putranya Ismail disembelih dengan belati yang tajam.
Berkata Nabi Ibrahim kepada Ismail, “Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.” Ismail menjawab, “Ya, Abi (ayah), kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar.”
Setelah terjadi dialog dengan putranya, Nabi Ibrahim mengajak Ismail ke bukit. Sebelum Nabi Ibrahim hendak menyembelih batang lehar putranya, Ismail meminta kepada ayahnya, agar lebih dulu mengasah pisau belati hingga tajam. Kemudian, kira-kira ratusan meter dari tempat tinggalnya (Mina), setan berusaha menggoda Siti Hajar. Dibisiknya telinga Hajar olehnya, “Ya Siti Hajar, apakah benar suamimu yang membawa pisau untuk menyembelih Ismail yang sedang tumbuh dan mengemaskan itu?” Akhirnya Siti Hajar terusik. Sambil berlarian, Hajar berteriak-teriak, “Ya suamiku, mau dikemanakan anakku?” Tapi Nabi Ibrahim tak bergeming. Ia tetap melaksanakan perintah Allah SWT. Betapa Allah SWT. memuji kesabaran Nabi Ibrahim dan putranya ketika dites dengan cobaan yang berat.
“Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, yaitu kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (Q.S. As-Shaffaat [37]: 108-111).
Hikmah Qurban
Kaum muslimin rohimakumullah.
Penelusuran sejarah qurban berikutnya adalah pada masa Nabi Muhammad SAW. Di masa itu, masalah qurban diceritakan kembali dalam Surat Al-Kautsar [108]: ayat 1-3:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya oran-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
Kewajiban berqurban di masa Rasulullah, sesungguhnya adalah kelanjutan perintah Allah SWT. sejak Nabi Adam dan Nabi Ibrahim AS. Dalam Islam, qurban merupakan masalah ubudiyah yang bersifat sosial, interaksi dengan sesama manusia dengan cara mengorbankan sebagian hartanya. Bicara hakikat, qurban berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT. sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Jadi, memotong hewan qurban merupakan jembatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Tujuannya hanya satu, menjadi hamba Allah SWT. yang bertakwa dan berupaya menggapai keridhaan-Nya.
Dalam Al-Quran, Allah SWT. menegaskan, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaaan daripada kamulah yang dapat mencapainya.” (Q.S. Al-Hajj [22]: 37). Dengan demikian, betapa pentingnya qurban agar senantiasa dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu. Sampai-sampai Rasulullah bersabda :
“Barang siapa mempunyai kesanggupan dan kemampuan (untuk berqurban) tapi tidak mau berqurban, maka janganlah dia mendekati Musholla kami.”
Hadits ini merupakan suatu kritikan, seolah-olah Rasulullah berkata, kenapa kamu beribadah kepada-Nya secara tekun, sementara kamu tidak mau berqurban padahal kamu memiliki harta yang berlebihan? Karena itu, yakinkanlah dengan berqurban tidak akan mengurangi kekayaan kita dan tidak akan membuat kita menjadi miskin. Pendek kata, hikmah ibadah qurban tak lain untuk menggembirakan kaum fakir miskin.
Bagi orang kaya, barangkali makan daging bukanlah sesuatu yang istimewa. Tapi bagi golongan fakir miskin, jangankan bisa menyatap daging, ketemu beras setengah liter saja sudah sangat bersyukur. Karena itu, bahagiahkanlah orang-orang yang papa di sekitar Anda. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan hamba-hamba-Nya yang berbuat baik, seperi janji Allah SWT. kepada Nabi Ibrahim. Amiin.
Demikianlah contoh khotbah yang singkat ini mudah-mudahan membawa manfaat bagi saya khususnya dan bagi para jamaah pada umumnya.
Dan apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, penjabaran atau peng-artian-nya mohon dipersilahkan untuk memberitahukannya, maka akan segera dilakukan revisi.
Happy Blogging!!!
Semoga bermanfaat dan terimakasih telah berkunjung dan membaca artikel di Dedy Akas Website.
Semoga dengan memahami hukum dan hikmah-hikmah qurban semakin banyak yang tergerak dan sadar bahwa melaksanakan qurban adalah ibadah yang memiliki manfaat besar dalam sosial kemanusiaan
jazakumullah Khoir
Hallo Global Qurban…
Amin… Amiin Ya Rabbal Allamiin…
Salam,