Home > Cerpen Cinta > Cinta dan Ego

Cinta dan Ego

Diperbatasan jalan setapak ini yang penuh ilalang dan halaman luas serta bunga bermekaran dimana-mana. Terlihat gadis dengan hijab cantiknya duduk termenung menatap langit malam yang berhias bintang-bintang.

Namun ia bukan tipikal membuang waktu tanpa berguna, ia dengan lihai jemarinya mengetik layar komputer tanpa henti. Berteman  kesunyian malam yang dingin dan cahaya temaram taman ini ia menulis dengan mendengarkan musik yang buat ia tenang sepanjang menulis.

Cinta dan Ego - Pixabay
Cinta dan Ego – Pixabay

~ My Heart ~ Acha & Irwansyah ~

Disini kau dan aku … terbiasa bersama menjalani kasih sayang bahagia kudenganmu.

Pernahkah kau menguntai … hari paling indah, ku-ukir nama kita berdua di sini surga kita.

Bila kita mencintai yang lain … mungkinkah hati ini akan tegar, sebisa mungkin tak akan pernah sayangku akan hilang.

~

Setetes air mata jatuh membasahi pipi tirusnya yang kian hari makin pucat.

Kenapa? Di saat aku tahu arti cinta yang sesungguhnya kini aku harus tahu arti luka karena cinta. Batinnya.

Ia sudah putuskan akan jadi ke Lampung sebab ia kesana bekerja bukan main-main. Ia harus menemui teman nya masalah tempat pemindahan ia.

Baiklah … lupakan cinta. Bukankah cinta itu ikhlas jadi aku harus belajar tanpa cinta walau aku harus menanggung hati ini yang tergores luka begitu perih. Keputusannya.

Ia berdiri berjalan kerumahnya. Sebenarnya taman ini milik keluarga gadis itu yang tak bukan Mala. Ya … tanah ini milik keluarga Biankara namun karena di daerah situ tidak ada taman jadi bebas untuk umum tamannya. Dan rumah Mala sendiri tidak jauh hanya dua rumah dari taman.

Pagi pun tiba matahari memunculkan cahayanya dengan indah bersama kokok ayam yang membangunkan warga.

Di kamar yang berhias dinding putih dan langit kamar hitam itu terlihat di balik selimut Naruto seorang gadis masih di   mimpi.

“Tok … tok … tok, Nak bangun bukankah kamu ada tugas ke Lampung.” teriak wanita paruh baya di balik daun pintu.

Ya … Mah lima menit lagi. Jawabnya tanpa membuka mata sebab ia semalam harus nulis naskah puisi yang baru bisa dapet ide nya malam.

“Baiklah, nanti turun sarapan ya sayang. Kata nyonya Yulia.

Hmmm … huffhh jam berapa ini. Gumamnya sendiri dan bangun duduk menatap langit lewat jendela kamarnya.

Cerah sekali hari ini. Ya ampun aku harus berangkat. Ingatnya begitu melihat jam dinding.

Selesai mandi ia langsung memakai pakaian nya. Tinggal cek barang-barang.

Hijab sudah, sepatu sudah, baju sudah, handuk sudah, power bank, laptop dan headset oh ya lupa dompet. Gimana mau makan kalo gak bawa dompet. Selesai tinggal berangkat.

Ia berjalan ke arah ruang tamu dengan menggendong tas ranselnya.

“Sayang kenapa gak pakai koper saja? Biar kamu gak capek keberatan.” tanya sang Mamah begitu melihat anaknya.

Gak Mah, repot nanti. Kan Mala mau naik kapal bukan pesawat bisa susah Bawanya nanti Mah. Jawabnya setelah duduk di meja makan.

“Ya sudah kalau itu maumu sayang. Oh ya tadi Mamah habis telphone sama Abang dan ternyata Abang juga di Lampung sekarang lagi ada proyek di sana jadi kamu tinggal sama Abang saja Nak. Jangan kost sendirian Nak, Mamah takut ada apa-apa.”

Iya Mah … nanti Mala telphone Abang jika sudah sampai agar Abang jemput. Dan Mamah tenang gak usah khawatir berlebihan kan Mamah tahu anak Mamah satu ini sudah biasa mandiri dan pergi jauh sendirian. Jawabnya dengan bangga.

“Ya … ya … ya Mamah hanya takut saja. Sudah kamu habiskan sarapanmu. Mamah mau siram bunga dulu di luar. Ucapnya berlalu yang dibalas anggukan dan acungan jempol.

Baru beberapa suapan terdengar lagu All Of Me~John Legend itu dering ponselnya.

Dengan malas melihat siapa yang nelphone ia langsung menggeser tombol hijau.

“Hallo … ini siapa?”ucapnya tanpa basa-basi salam.

“Assalamu’alaikum … Bi syukurlah kamu masih mau angkat telfonku. Beri satu kali saja aku bicara Bi. Kata sebrang dengan suara yang putus asa.

“Ada apa lagi? Bukankah sudah kuikhlaskan. Sebaiknya jangan hubungi aku lagi. Maaf … Wa’alaikummusalam wr wb. Langsung dimatikan begitu saja.

Maafkan aku … aku bahkan gak bisa melawan hatiku untuk menutup rapat rasa itu namun mendengar suaramu yang begitu putus asa aku tak sanggup. Benteng ini kokoh bahkan ingin kuberlari dan berkata aku percaya padamu namun apalah dayaku bukti itu membuatku bungkam tak tahu harus bagaimana. Ucapnya lirih dengan tanpa sadar air mata itu kembali menetes seiring luka yang kini makin menganga atas kebodohannya yang egois.

Tak berselang terdengar lagi namun karena hati nya masih diliputi kacau ia tak melihat siapa penelfon kali ini.

“Hallo … jangan pernah ganggu aku lagi titik. Baru saja akan mematikan telfon begitu di sana terdengar suara bass yang sangat dirindukan.

“Sungguh terlalu kamu Dik … Abang sendiri gak boleh nelfon. Jawab di sebrang dengan nada dibuat ketus.

“Eh … ini Abang ya hehe maaf. Oh ya Abang sudah tahu kan Adik mau ke Lampung?” tanyaku to the point karena dia gak mau di bilang anak manja.

“Iya bawel … nanti Abang jemput di pelabuhan ya. Salam buat Mamah dan kamu hati-hati di jalan. Sampai jumpa di Lampung AdikAbang yang paling jelek hahaha …. tut tut tut. Telfon langsung diputuskan sebelum ia mendengar teriakan Adiknya.

Abang durhaka ish.

Selesai semua nya dan berpamitan pada Mamah ia langsung menuju pelabuhan terdekat.

Setibanya di pelabuhan ia masuk kedalam kapal duduk dan membuka laptopnya karena di sini ia tidak kenal siapapun lagipula ia banyak tugas.

Bismillah … semoga di tempat yang baru bisa membuat hidupku penuh warna kembali.

Terkadang indah itu setelah mengecup arti kepedihan. Nikmat itu saat kita mampu melewati ujian dengan ikhlas dan sabar serta Tawakal. Yakinlah semua akan ada jalan jika kita selalu meminta pada Yang Maha Esa.

Hidup memang penuh lika-liku tak selalu berjalan semau kita namun hidup bisa kita rubah dengan kita yang tak pernah lelah dan putus asa.

Jalani apa yang seharusnya di jalani. Lakukan apa yang mesti harus di lakukan sebab di balik semua itu Allah memberikan kita hikmah yang luar biasa tanpa kita duga.

Memintalah jika kita sulit jalani nya. Berterima kasihlah jika kita dilimpahkan rezeki karena sejatinya yang memberi semua itu hanyalah Allah SWT.

Dear diary. 

Mengumpulkan logam-logam bahagia memanglah sulit namun apalah daya jiwa ini ketika hati kita sudah terpatri begitu sulit untuk melepasnya walau mulut kita berkata ikhlas namun hati kita menjerit bahwa aku sangat mencintaimu. Nasib ya nasib cinta memang tak bisa kita duga … datang dan pergi begitu saja. Tapi aku yakin cinta sejati itu ada ketika seseorang itu saling tulus dan setia. Kini aku hanya berdoa semoga cintaku tidak akan mati walau mulutku berkata benci.

Tanpa terasa waktu begitu cepat kapal sudah tiba di pelabuhan Bakauhoni.

Ia mengambil hanphone nya dan menelphone Abang Wahyudi.

“Hallo … Abang Mala udah sampai. Baiklah jangan lama-lama laper hehe … Wa’alaikumsalam.” setelah terputus ia berjalan kaki kejalan raya sebab di sini ramai sekali.

Tak membutuhkan waktu lama Abang tiba dengan motor maticnya yang selalu ia bawa kemana-mana. Kalian tahu Abang suka motor matic karena aku yang suka jadi dia ikutan suka hahaha.

Abangggg … Mala kangen banget-banget. Teriakku girang dan langsung memeluknya.

“Sama. Abang juga kangen Adik yang paling bawel dan keras kepala. Ha … ha … ha. Pecahlah tawanya ketika melihat wajah cemberut Adiknya.

Abang jahat. Emang gak bilang Adik yang manja tapi sama saja kalau itu mah. Ish nyebelint.

Becanda sayang. Yuk pulang Abang ada janji sama teman yang sudah Abang anggap saudara karena ia banyak bantu Abang. Nanti Abang kenalkan ya. Godanya kembali.

Au ah terserah Abang. Balasnya ketus langsung naik ke jok belakang motor.

Di perjalanan tak henti-hentinya Yudi menggoda Adiknya yang kini sudah merah padam gemes.

Andai tidak di motor sudah kuterjang kau Abang. Omelnya.

Hanya butuh satu jam kini sampai di rumah tempat Abang tinggal.

Wow … indah banget Abang pemandangannya dab sejuk lagi. Mala mau tinggal di sini saja jika kontrak pindah sini jadi.

Memang kenapa Dik kok pindah sini?” tanyanya ingin tahu.

Entahlah … kata nya resort hotel di sini sedang kekurangan chef dan mereka kurang memuaskan sehingga boss aku ingin aku pindah kontrak sini. Kan pemiliknya sama satu orang.

Abang tahu gak, pemiliknya dulu cuek dan datar namun tanpa sengaja kejadian tak terduga membuat kita saling kenal bahkan dekat dan yang lebih lagi suka sama aku tapi … saat dia mengungkapkan cinta nya. Mala sudah punya pacar sehingga aku gak menerimanya dan lebih milih kekasihku yang sederhana tapi kaya akan tulus namun kini semua sirna sebab ia tak bahagia denganku di saat aku mencintainya sepenuh hati.

“Sudahlah sayang … biarkan yang lalu sekarang kamu tata kembali kehidupanmu jangan karena cinta kamu putus asa. Abang yakin orang yang baik pasti mendapatkan yang baik juga. Ya sudah kamu istirahat Abang mau pergi dulu nanti malam Abang pulang. Hati-hati di rumah jangan keluyuran ya. Ucapnya dengan tangan menoel pipi tirus adiknya.

Ish Abang sejak kapan aku keluyuran kebalik kali. Udah ah mau mandi. Jawabnya berlalu.

Selesai mandi ia berbaring dan mengambil laptopnya.

Dear diary.

Memang …

Cinta saja tak cukup sebab kata sabar dan percaya sulit untuk didapatkan selain diri kita sendiri.

Sungguh, aku ingin sekali percaya kepada dia dan sahabat yang sangat berarti sebab dia selalu ada untukku.

Aku bodoh pergi begitu saja tanpa menunggu penjelasan siapapun apalagi aku bodoh tidak percaya pada orang yang lebih lama dekat denganku dan malah sebaliknya aku begitu saja percaya orang baru.

Akan tetapi, bukti itu membuat aku bungkam dan sulit untuk percaya andai bukti itu tidak ada aku tidak akan langsung percaya orang itu.

Aku harus bagaimana Ya Allah … hanya KepadaMu hamba meminta dan hanya KepadaMu hamba mencurhakan sebab tanpa KehendakMu apalah daya jiwa ini.

Ingin sekali mendengar tutur katamu namun aku tak sanggup mengingat foto itu.

Mas … maafkan aku akan tetapi cinta ini hanya untukmu Mas.

Kan kutulis bait-bait kenangan tentang kita dalam album puisi dan laguku Mas.

Aku cinta kepadamu. Bantu aku … bantu aku bertahan mencintaimu sampai kapanpun.

Lelahpun melanda tanpa mematikan layar laptopnya ia terlelap di atas keyboard.

Pukul 20:35 wib. Dua orang pria masuk dengan tawa lebar kedalam rumah.

Oh ya Jul. Mau gue kenalin sama Adik gue gak dari Jawa tapi dia kerja di Jakarta. Kata salah satu cowok yang tak lain Yudi Abang Mala.

Gak usah bang hehe takutnya ganggu. Balasnya sopan.

“Bentar ya gue lihat dulu.””Oke.”jawabnya.

Yudi berjalan kekamar Adiknya.

“Dek udah tidur belum?” ucapnya pelan dibalik pintu namun tak ada sautan sehingga ia membuka pintu dan ternyata tidak terkunci.

Ya ampun dia tertidur dengan laptop masih menyala. Pasti nulis terus ketiduran.

Ia ingin mematikannya tapi ia penasaran dengan tulisan di layar laptop ia memindahkan perlahan kepala Adiknya dan menyelimutinya kini ia duduk dibangkukamarmembaca semua Diary Adiknya di memo laptop.

Astagfirullah ternyata ia begitu sangat terluka. Andai Abang tahu siapa pria itu sudah Abang samperin dan jelaskan semua perasaanmu namun Abang bodoh tidak tahu apapun. Maafkan Abang Mal.

Setelah merapikan semua ia berjalan keruang tamu.

Gimana Bang? Udah tidur. Tanya Juli yang Yudi tidak tahu bahwa pria itu adalah temannya sendiri dihadapannya.

Iya Jul … lain kali saja atau besok kau kemari kita makan-makan. Usulnya.

Boleh bang habis dari kebun saya main kesini penasaran Abangnya sastrawan terus Adiknya seniman juga gak hehe becanda Bang. Katanya.

Wuah elo belum tahu. Dia jago puisi juga tahu walau puisi cinta dan religi doang hahaha tapi dia bisa segalanya dan yang pasti masakannya sama top sama nyokab gue. Ujarnya bangga.

Ya iyalah kan anaknya bang haha. Ya sudah saya pulang dulu ya bang lagi kalut karena salah faham.

Sabar ya bro semoga dimudahkan jalan cintamu. Balas yudi tertawa lebar.

Sialan loe bang. Doa yang tak tulus. Oke pulang dulu ya bang mau meratapi nasib haha.

Setelah kepergian Sarjuli tak berselang lama Mala keluar dengan mata masih merem melek.

Abang ketawa sama siapa ko ramai?”ucapnya lesu.

“Oh tadi teman Abang. Tadi mau Abang kenalkan tapi kamu sudah tidur. Sekarang tidurlah sudah malam Dik.” ujarnya mengusap lembut kepala Adik tersayang satu-satunya.

Hmm … good night Abang. Ucapnya berlalu kekamar.

Good night sayang. Have a nice dream.

Semoga dengan memulai disini kau akan bahagia sayang.

Cinta memang indah akan tetapi cinta islam lebih indah. Jangan jadikan cinta menjadi boomerang bagimu.

Lakukan dengan sepenuh hati. Yakinlah bahwa kalian tidak akan sendirian sebab ada Allah yang senantiasa disampingmu.

Pagipun tiba. Kabut awan menyelimuti langit pagi dengan indah. Sejuknya mampu membuat fresh walau tanpa mandi.

Mala yang tidak ingin membuang waktu sia-sia. Ia bangun pagi-pagi dan olahraga sekeliling desa terdekat karena ia belum begitu hafal bisa salah jalan pulang.

Sebelum pulang ia belanja sayuran karena kata Abang temannya akan makan di rumah jadi ia harus masak.

Kini ia tiba di pasar yang letaknya pinggir jalan. Ia menuju kepenjual sayuran dan ikan.

Neng … Neng baru ya di sini?” tanya salah satu ibu-ibu pembeli.

“Iya bu … salam bu saya dari Jakarta. Kebetulan Abang saya di sini dan saya dapet tugas pindah kontrak di Lampung bu.” jawabnya ramah.

Oh … kerja di mana Neng? He … he jangan kaget ya neng ibu-ibu disini rempong. Neng cantik banget pasti anak muda di sini akan tergila-gila pada Neng. Ucap ibu-ibu disini.

“He … he ibu bisa saja. Saya hanya wanita yang masih banyak kekurangan belum terbilang cantik bu. Saya kerja di Hotel Trimulya bu. Saya chef baru disana. Maksud saya tukang masak bu.” jawab Mala sopan.

Wuah … keren nduk yang kerja disitu jarang bisa masuk mudah bahkan orang sini hanya sedikit. Pasti jago masak ya Nak. Udah cantik, ramah, baik dan jago masak. Bahasa gaul kotanya mah apa itu bu. Emm … The best. He … he. Ujar si ibu kepo. Dan membuat semua tertawa.

Masih belajar juga kok bu. Saya permisi dulu ya bu karena mau masak buat Abang. Assalamu’alaikum wr wb.” salamnya ramah.

Wa’alaikumsalam wr wb. Cantik ya jeng … saya kalau punya menantu sepertinya pasti mau banget. Ucap ibu-ibu setelah kepergian Mala.

Huffh … hemm masak apa ya?” Tanyanya sendiri.

Abang pasti belum bangun. Baiklah aku akan masak ikan dicabe sama terus goreng ayam sama sayur. Sepertinya cukup toh kata Abang cuman teman satu.

Dengan lihai ia memasak ditemani alunan ayat-ayat Al Qur’an yang didengarnya.

Setelah memasak dan menyiapkan meja makan ia bergegas mandi karena ia harus siap-siap untuk menemui boss nya.

Selesai juga akhirnya. Saatnya bangunkan Abang.

Namun begitu ingin mengetuk pintu kamar Abangnya. pintu depan diketuk ia akhirnya berjalan keruang depan setelah mengambil tas nya dikamar karena ia sudah terlambat jadi tak bisa makan bersama teman Abang.

Setelah memakai sepatu ia membuka pintu dengan senyum ramah namun begitu pintu terbuka lebar ia tak menyangka orang yang berusaha ingin ia lupakan kini ada dihadapannya.

Ia sampai ternganga tak menyangka begitupun sama hal nya Mala.

“Bi” hanya satu panggilan yang selalu aku sukai namun kini buatku terluka sebab aku tak sanggup menahan segalannya.

Wa’alaikumsalam wr wb. Silahkan masuk saya permisi. Kalau mau cari Abang ada dikamar.” ucapku langsung berlari tanpa menjawab panggilannya. Susah payah ia berkata namun kini ia malah mengejarku.

Stop … kumohon aku sudah terlambat dan aku gak mau dilihat orang kita lari-larian seperti ini. Jelaskan nanti. Kataku langsung pergi menaiki angkutan umum.

Sarjuli yang sudah tak bisa menahan rindu dan rasa cintanya kini hanya mampu terduduk lunglay tak berdaya. Bi banyak yang ingin aku bicarakan namun kenapa mulutku bungkam saat melihat matamu penuh kekecewaan. Lirih Sarjuli.

Yang tak beda dengan Mala bahkan ia berusaha menahan tangis namun tak bisa kini ia harus menutup mulut agar tangisannya tak terdengar siapapun.

Kenapa Mas? Kenapa hadir disaat aku berusaha menata hatiku dengan cukup mencintaimu saja tanpa harus memilikimu sebab aku ikhlas kau dengannya Mas.

Sungguh aku tidak sanggup melihat matamu yang penuh cinta dan luka oleh penyelasan. Maafkan aku Mas … maaf sungguh aku tidak bermaksud namun apalah kenyataan ini membuatku seperti ini.

Hiks … hiks. Sungguh aku sangat mencintainya namun egoku membuat semua terasa sulit. Tangisnya kini kian deras namun tidak ada yang tahu selain seorang wanita paruh baya yang sebenarnya ibu Sarjuli akan tetapi tidak ada yang saling mengenal.

Ia melihat gadis disebelahnya menutup mulut rapat bahkan ia bisa melihat dibalik kacamata gadis itu linangan air mata mengalir deras.

Dengan pelan ia bertanya karena tidak tega.

“Kenapa Nak? Apakah kamu sedang sakit?” tanya nya khawatir sebab bahkan mata itu kini merah sekali terlalu banyak menahan tahan.

Yang mampu dijawab gelengan kepala. Karena ia tak bisa menahan tangis jika membuka mulutnya.

Dengan perlahan ia mendekat kegadis itu dan berbisik.

“Tidak apa-apa sayang. Menangislah sepuasmu jangan kau tahan, biarkan airmatamu membawa semua beban lukamu. Ketika tangismu reda setidaknya kamu sudah menumpahkan semuanya. Kemarilah dekap ibu jika kau mau. Bersandarlah tumpahkan segala air matamu sampai kamu lega. Memang setiap manusia pasti ada ujian yakinlah sayang bahwa dibalik ujian itu Insya Allah akan ada jalan dan hikmah sayang.”setelah berbisik lembut tumpahlah air mata itu dipundak ibu tadi.

Hiks … bu sungguh aku tidak ingin lemah namun aku tak sanggup. Aku hanyalah wanita biasa yang masih punya kelemahan dan kekurangan aku tidak bisa berpura-pura kuat jika hatiku menjerit luka. Hiks … bu. Kenapa … kenapa saat kita belajar kata ikhlas namun kita sendiri terluka begitu dalam. Hiks … ingin sekali bu mendekap kata bahagia akan tetapi terasa sulit. Keluhnya dengan air mata yang tak henti.

“Sabar sayang … ujian memang akan selalu ada dalam hidup kita. Allah tahu umat nya mampu melewati itu sebabnya ia beri ujian agar kita tahu lebih kata sabar. Memang sulit untuk menerima sebuah kenyataan akan tetapi Yakinlah bahwa semua sudah ditakdirkan dengan semestinya hanya kita yang pandai mengemas kata sabar dan tawakal serta jangan pernah lelah berdoa Nak.” jawabnya lembut dan mengusap lembut pundaknya yang bergetar.

Ibu sudah sampai. Apakah kamu mau main kerumah ibu minum sejenak Nak?” tanyanya lembut karena ia sudah sampai depan rumahnya walau harus masuk gang kecil.

Hiks … tidak bu. Terima kasih banyak tanpa ibu aku tak tahu.””susstthh sudah sayang. Ibu tulus karena ibu yakin kamu anak sholeha. Masuk yuk.” potongnya.

“Makasih bu tapi aku harus kerja bu mungkin sepulang kerja nanti aku mampir bu. Akan tetapi rumah ibu yang mana?”

“Tuh … kamu masuk gang kecil nah disitu hanya ada rumah sama kebun disitu rumah ibu Nak. Ya sudah hati-hati ya sayang hapus dulu Nak air matamu nanti cantiknya hilang hehe. Ibu tunggu ya. Hati-hati Nak.”ujarnya setelah dijawab kini angkutan itu melaju lagi melewati kebun-kebun yang indah.

Sungguh aku takut kehilanganmu namun kenyataan membuatku harus terbiasa tanpamu.

Tak jauh berbeda dengan pria yang masih terduduk meratapi semuanya ia enggan bangun karena ia tak sanggup kehilangan kekasih yang sangat ia cintai.

Yudi yang baru bangun melihat tidak ada orang bingung dan lebih bingung pintunya terbuka lebar. Ia berjalan keluar hendak menutup mata namun matanya terhenti oleh seseorang yang menunduk duduk dipinggir jalan. Yang lebih kaget ia kenal siapa dia. Dengan masih mengenakan sarung ia berlari kesana.

Jul kenapa? Ada apa kenapa loe serapuh ini. Oh Astaga … elo nangis. Apa yang terjadi. Ayo masuk malu brow. Jelaskan didalam. Ujarnya menutun temannya yang kini bagai patung mayat hidup.

Sarjuli menjelaskan semua kesalah fahaman ini dengan terbata-bata karena ia sungguh lelah dengan rasa ini.

“Ya Allah … kalian sama-sama terluka oleh sebuah kesalahfahaman. Kuharap kalian bisa saling mengerti setelah kalian saling jujur. Sebab gue tahu kalian berdua saling mencintai. Perjuangkan bro gue dukung sepenuhnya. Tenang gue akan cari tahu siapa dalang semua ini. Yang gue pikirin sekarang pasti sahabat Adik gue gak beda jauh dengan kalian karena ia korban juga. Sial siapa yang berani buat semua pecah belah. Gue akan buat orang itu ngerasain rasanya sakit hati dengan apa yang kalian rasakan. Sekarangpulanglah dan berdoa saja. Nanti kalau tahu elo disini Adik gue gak akan pulang. Biarkan gue seolah tidak tahu apa-apa. Nanti kalau sudah pulang gue telfon elo. Dan elo tenang aja gue dukung 100% hubungan loe bro. Kata Yudi menyemangati sahabatnya.

Yang dibalas pelukan pria karena Sarjuli tidak tahu lagi harus berkata apa-apa.

Gue pulang dulu bang. Thanks banget. Assalamu’alaikum.” pamitnya.

Wa’alaikumsalam … sungguh tak kusangka cinta kalian sama-sama besar hanya sebuah kesalahfahaman membuat mereka terluka sebegitu dalamnya. Aku gak akan biarkan mereka saling diam. Aku harus buat mereka bersatu kembali karena disitu letak kebahagian Adik gue.

Dengan geram ia membanting pintu. Ia berjanji akan mencari dalang dibalik semua ini.

Ketika hati sudah terpaku pada satu titik memanglah sulit untuk melepaskannya sebab cinta sejati itu ada ketika mencintainya dengan tulus.

Awal cinta itu memang indah namun ketika menjalankan ujian demi ujian dengan sabar dan percaya bahwa cinta itu ada sepenuh hati maka semua kan berjalan apa ada nya. Yakinlah cinta memang tak harus memiliki namun siapa sangka kelak cinta itu kan kembali.

Tamat.

Cerpen Cinta dan Ego adalah cerita pendek karangan Maula Nur Baety. Kategori Cerpen Cinta. Pembaca dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya dengan mengklik namanya.

Silahkan Share Artikel Ini:

About Maula N. Baety

Maula Nur Baety
Seorang wanita biasa yang hobby membaca dan menyalurkan imajinasinya lewat sebuah Cerita - Cerita Pendek. Supaya para pembaca bisa mengenal aku

Check Also

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa - Image by Pixabay

Sepeda Tua yang menggema dalam Jiwa

Mentari bersinar kembali pagi ini, membangunkan setiap insan dari lelapnya malam. Tapi Sang Mentari, tidak …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *